Rabu, 01 September 2021

Standar



Menurutmu siapa orang yang kuat? apakah orang kuat itu orang yang bisa membunuh jutaan orang. Apakah orang yang kuat itu orang yang mempunyai kekuasaan yang besar? mungkin sebagian dari kita akan menjawab tergantung. Karena masing-masing orang pasti mempunyai arti kuat sendiri-sendiri. Lantas definisi kesuksesan yang mana yang dapat kita jadikan standar? Apakah kekuatan hanya bersifat subjektif. 


Perlu diketahui bahwa matematika itu merupakan ilmu yang paling objektif. Semua yang ada di Matematika pasti telah didefinisikan sebelumnya. Dari mulai titik, garis dan bidang semuanya harus didefinisikan. Kita tahu bahwa 1 + 1 = 2, namun dalam pembahasan ilmu matematika perguruan tinggi, 1 + 1 tidak mesti 2. Jika kita definisikan operasi penjumlahannya berlaku pada hitungan 24 jam, maka 1 + 1 bisa sama dengan 14. 


Itulah yang menyebabkan matematika ilmu paling objektif, dikarenakan semua harus mengacu pada definisi yang digunakan menjadi standar. Definisi yang ada di Matematika sudah melalui tahap kesepakatan dahulu bukan dari definisi sepihak. 

dahulu para pakar-pakar matematika berkumpul dan bersepakat menentukan definisi dari matematika sehingga sampai sekarang dalam belajar pun kita harus mengacu pada definisi yang telah disepakati tersebut. 


Kita sebagai sebuah mahluk tentu tidak layak untuk mendefinisikan sendiri apa yang menjadi hak dan kewajiban kita. Oleh karena itu ada agama yang digunakan sebagai pedoman dan acuan termasuk dalam mendefinisikan sesuatu. Contohnya orang yang kuat dalam sebuah hadits didefinisikan sebagai orang yang mampu menahan hawa nafsu dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. 


Sudah menjadi kewajiban kita sebagai mahkluk untuk mengikuti definisi-definisi yang telah diberikan pencipta pada kita. Agar kita tidak salah dalam menjalani kehidupan. Seperti 1 + 1 sama dengan 2 ternyata yang dimaksud bukan 2 tapi 14. Jangan sampai kita merasa benar padahal sebenarnya salah. Sesuai pepatah Jawa mengatakan "Biso Rumongso, Ojo Rumongso Biso" Jadilah orang yang bisa "merasa", bukan menjadi orang yang merasa bisa.  




Selasa, 31 Agustus 2021

Pythaghoras



Ada cerita menarik dibalik munculnya Teorema Pythaghoras. Asal usul nama Pythaghoras diambil dari seorang ahli matematika yunani yang mempopulerkan teorema tersebut. Faktanya Pythaghoras bukanlah penemu teorema tersebut, Pythaghoras hanya menyampaikan Teorema itu ke peradaban Yunani lalu sebagai bentuk apresiasi nama Pythaghoras dipakai untuk menamai teorema yang sebenarnya bukan dia yang menemukan. 

Dari kisah Pythaghoras kita belajar bahwa hanya dengan sebatas menyampaikan ilmu, nama Pythaghoras dapat menyejarah. banyak dari kita yang justru lebih memilih menyimpan pengetahuan dari pada menyampaikannya. Alasannya klasik, dirinya merasa kurang pantas untuk menyampaikan ilmu yang telah diketahuinya. Dia memilih agar orang lain lah yang lebih berhak untuk menyampaikannya dari pada dirinya sendiri.

Dan akhirnya, ilmu yang seharusnya bisa dia sampaikan sendiri, diambil alih oleh orang lain yang menyampaikan. Mending ada yang menggantikan menyampaikan ilmu, bagaiamana kalau jadinya ilmu itu tidak ada yang menyampaikan. Sungguh rugi kalau ada ilmu yang berhenti pada diri kita sendiri sebelum kita sempat menyampaikan pada orang lain. 

Coba bayangkan jika dulu Pythaghoras tidak menyampaikan Teorema ini ke peradaban Yunani. Mungkin hari ini kita tidak akan mengenal yang namanya Teorema Pythaghoras. 

Yuk mulai jadi generasi Pythaghoras yang berani menyampaikan ilmu meskipun bukan dia yang menemukan ilmu tersebut. Tentu perjuangan Pythaghoras menemukan Teorema itu tidak mudah, ia harus mengumpulkan ilmu dari daerah² yang berbeda-beda. 

Berdasarkan kisah ini, kita belajar kalau ingin menyejarah, kuncinya adalah niatkan mencari ilmu untuk disampaikan lagi bukan untuk dipendam. Seperti itu kira-kira... 


Senin, 30 Agustus 2021

rasa



Matematika terkenal sebagai ilmu yang mempelajari tentang logika. Biasanya orang-orang matematika akan lebih banyak menggunakan logika dari pada rasa. Hal ini karena mereka ketika mempelajari matematika secara tidak langsung dilatih bagaiamana cara berlogika yang benar. Ada yang bilang bahwa matematika itu bukanlah sekedar berhitung, tapi matematika mengajarkan kita bagaimana cara kita berpikir. Mungkin yang menjadikan matematika seperti itu adalah karakteristik matematika itu sendiri yaitu abstrak sehingga matematika melulu berkutat dalam alam pikiran.

Banyak yang mengira bahwa berpikir hanya berhubungan dengan otak. Padahal dalam prakteknya, yang mengarahkan otak untuk berfikir adalah hati. Hati menghasilkan rasa yang kemudian dieksekusi oleh otak sehingga menghasilkan pikiran. Contohnya bisa dilihat ketika kita dihadapkan pada soal matematika, kebanyakan dari kita yang tidak suka matematika akan mengatakan soal ini saya "rasa" sulit untuk dikerjakan. Padahal otak kita sama sekali belum memproses soal² tersebut. Tapi kita sudah mengatakan susah diawal. Itulah peran dari hati. Saat kita rasa soal matematika yang ada dihadapan ini susah, secara otomatis hati akan mengarahkan otak kita untuk susah mengerjakan soal tersebut. Begitu sebaliknya, saat hati kita yakin bahwa soal ini akan mudah, secara otomatis hati akan mengarahkan otak kita mengerjakan soal itu dengan mudah. 

Seorang ilmuwan yang memiliki kemampuan merasa yang tinggi akan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Karya yang diciptakan akan didasari dari kepekaan disekitarnya meskipun belum ada data dan teori yang mendasari. Ilmuwan seperti ini akan menangis jika melihat penindasan, kebodohan, dan ketidak adilan di sekitarnya. Air mata itulah yang akan mendasari karya-karyanya. Mereka berkarya bukan untuk menghasilkan materi melainkan atas dasar hati nurani. Berbeda dengan orang-orang yang berilmu yang kualitas hatinya kotor, tidak akan bisa peka terhadap apa yang ada disekitarnya. Boro-boro peka, malahan semua rela ia korbankan asalkan bisa meningkatkan kualitas hidup dirinya sendiri. 

Sadarilah, bahwa ada yang lebih penting untuk diasah dari pada otak yaitu hati. Persoalan hati adalah persoalan ketuhanan. Oleh karena itu salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengasah hati kita yaitu dengan cara mendekatkan diri kita pada Allah. Hati juga sangat cepat berubah-ubah. Agar hati tetap dalam kualitas terbaiknya, perlu kita untuk berdoa pada sang pemilik hati. 

"Wahai sang pemilik hati, tetapkanlah hatiku didalam agamaMu dan dalam ketaatan kepadaMu..."



Sabtu, 21 Agustus 2021

Model

 


Disclaimer dulu ya, bahasan kita kali ini bukan tentang wanita atau pria yang berpose di depan kamera.  Tapi model yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dapat dicontoh atau ditiru. Kita mempunyai cara masing-masing untuk memahami sesuatu. Misalkan, Ada yang lebih nyaman belajar dengan mendengarkan, cara ini disebut auditori. Ada juga yang perlu melibatkan motorik supaya belajar tidak membosankan, cara ini disebut kinestetik. Meskipun kita mempunyai berbagai macam gaya belajar, kita sepakat dalam rangka memahami sesuatu minimal kita harus membutuhkan 2 hal yaitu teori dan model. Teori bersifat konseptual dan abstrak yang terletak didalam pikiran. Sedangkan model bentuknya aplikatif dan konstektual. Kedua hal ini saling mendukung satu sama lain, teori menjadi landasan suatu model diciptakan dan model menjadi bentuk akhir dari teori.

Sederhananya, pemahaman menggunakan teori tanpa diaplikasikan dalam bentuk model tidak akan menghasilkan pemahaman yang bermakna. Sedangkan model tanpa kajian teori yang mendalam akan diragukan dan tidak berguna. Apabila kita buka buku di sekolah-sekolah didalamnya pasti memuat teori beserta model. Guru ketika menyampaikan materi baru, biasanya akan diawali dengan pendalaman materi beserta contoh soal yang banyak. Hal ini dilakukan agar menghasilkan pemahaman yang sempurna bagi siswa. Meskipun demikian, hal diatas tidak menjadi alasan untuk meremehkan apabila menemukan teori yang belum mempunyai model dan juga ketika kita menemukan model tanpa dasar teori yang jelas.  

Agak melebar dari pembahasan diatas, kita mungkin harus bersyukur atas pemberian islam di kehidupan kita. Karena apa? Islam telah menyediakan teori-teori lengkap dengan modelnya untuk menjadi pedoman menjalani kehidupan. Tidak hanya itu, sejarah telah membuktikan bahwa teori dan model yang disediakan islam benar-benar manjur ketika digunakan. Kita dapat mengetahui perbedaan bangsa arab sebelum dan sesudah islam. Bangsa yang terbelakang berubah menjadi pusat peradaban dunia disaat islam diterapkan. Namun sekarang fakta-fakta tersebut malah dibentur-benturkan dengan berbagai hal yang menjadikan krisis jati diri pada orang islam.

Saya yakin, kebenaran tidak akan pernah bisa dihentikan. Yang hari ini masih takut jika melihat orang bercerita tentang sejarah islam, yuk hidupkan lagi hati nuraninya. Yang hari ini masih takut belajar akidah islam, yuk hidupkan lagi nuraninya. Yang hari ini masih takut belajar Al Quran, yuk hidupkan lagi hati nuraninya. Jangan-jangan pemahaman yang sekarang kita pegang belum sempurna antara teori dan modelnya. Jangan-jangan selama ini kita tidak takut pada islamnya tapi kita hanya takut keluar dari zona nyaman kita. Sehingga Islam yang seharusnya dijadikan sebagai lentera di tengah gelapnya malam malah dijadikan sebagai kambing hitam.

Jumat, 11 Juni 2021

usaha



Sebuah pencapaian seseorang biasanya dikaitkan dengan seberapa besar usaha yang telah dilakukan, saya agak tidak setuju dengan konsep seperti ini. Misalkan ada seorang yang sudah bisa beli rumah di usia 30 an lalu berucap “ini adalah hasil jerih payahku selama ini.” Contoh lain, seorang pengusaha memiliki omset milyaran di usia tuanya, lalu berkata “capaian ini saya dapatkan karena saya memulai usaha sejak lulus SD” dll. Memang realitanya jika ingin kaya ya harus usaha, jika ingin sukses ya harus kerja keras tapi ada satu hal yang harus diubah jika kita sebagai seorang muslim memulai usaha.

Sebagai seorang muslim harus berkeyakinan bahwa rezeki, jodoh, kematian sudah ditetapkan Allah kepada seluruh hambanya sesuai kadar masing-masing. Ketika seseorang muslim memutuskan untuk mulai usaha, hakekatnya dia bukan percaya bahwa kemampuannya akan menghantarkannya kepada kesuksesan. Tapi ketika seorang muslim mulai usaha hakekatnya dia sedang mempersiapkan penyambutan terhadap pertolongan Allah SWT. Kadang kita salah sangka, disaat usaha kita mengalami kegagalan hanya yang nampak luar saja yang dievaluasi. Padahal ada sesuatu tidak nampak yang bisa jadi menjadi penyebab kegagalan itu, yaitu kualitas iman kita. 

Kalau kita dalami ilmu matematika, kita akan menemukan salah satu cabang dari matematika yaitu codding / pemrograman. Misal didalam sebuah aplikasi yang sedang kita mainkan di HP kita itu tanpa disadari terdiri dari ratusan coding yang berjalan lho. Hanya saja kita itu hanya mengetahui tampak tampilan luarnya saja, padahal coding menjadi elemen terpenting dari sebuah aplikasi. Jika ada satu saja koding yang eror pasti tampilan luarnya pun juga ikut eror. Yang dapat memperbaiki hanyalah yang mengerti bahasa koding, tugas kita hanya menyampaikan komplain ke yang bersangkutan. Seperti itulah seharusnya saat kita menjalani proses usaha, kita hanya tahu tampak luarnya saja, yang lebih dalam mengetahui hanya Allah SWT. Maka yang bisa kita lakukan adalah percaya dan mempersiapkan datangnya pertolongan dariNya. 

Tidak harus memiliki kompetensi untuk meyakinkan seorang muslim memulai usaha. Pertolongan Allah pasti datang, apalagi jika kita sudah menyambut pertolongan itu dalam bentuk usaha yang kita lakukan. Jika semua pengusaha seperti ini, Tidak akan ada pengusaha yang sombong dan tidak ada lagi pengusaha yang tidak peduli dengan sesama. Ayo mulai usaha bukan melihat seberapa tinggi peluang yang ada tapi karena murni ingin mempersiapkan penyambutan pertolongan dari allah dengan sebaik-baiknya. Marketing, analisis SWOT dan modal nanti dulu dipikirkan, pertama yang harus dilakukan adalah perbaiki kualitas iman.

 


Senin, 17 Mei 2021

eksekusi

Orang pintar tidak harus selamanya menjadi orang pintar. Orang bodoh adakalanya lebih unggul dari pada orang pintar yaitu ketika orang bodoh lebih pintar dari orang pintar. Emang susah jadi orang pintar, ia tak akan puas sebelum segala hal diketahui dan dikuasai. Jatuh cinta pada ilmu itu berat, “harus tahu” menjadi suatu yang harus dipenuhi dulu sebelum apapun. Harus tahu untung ruginya, harus tahu alasanya, harus tahu asal usulnya dan harus tahu-harus tahu yang lainnya. Tak heran jika banyak tanya, banyak berpikir, suka membaca dan sifat-sifat yang lainya menjadi ciri-ciri yang lumrah ditemukan pada kategori orang-orang pintar. Apa kamu juga?

Bisa enggak kalau kita itu tak melulu “harus tahu” dulu. Terlalu banyak mikir tapi sedikit aksi bisa jadi salah satu sebab laju kemajuan bangsa menjadi rendah. Bagaimana tidak? sekedar contoh, dari dulu sampai sekarang sudah ada ribuan anak bangsa yang telah menguasai teori tentang pesawat terbang namun hingga kini sudah berapa banyak pesawat terbang yang telah dihasilkan? kalau dahulu pak Habibie pernah memperjuangkan tentang narasi produksi pesawat terbang. Dan jika sampai sekarang kita masih memperjuangkan narasi yang sama. Perlu dipertanyakan, kira-kira sudah kita sudah berapa banyak tertinggal?

Tanpa bermaksud menyalahkan siapapun, orang pintar tidak harus selamanya jadi orang pintar. Adakalanya orang pintar berganti sikap menjadi orang bodoh. Orang bodoh itu memang tak pandai mempertimbangkan keuntungan tapi dia pandai melihat peluang. Orang bodoh memang dari segi pengetahuan kurang tapi hal itulah yang menjadi sumber keberanian. Kata guru matematika dulu, jangan mengerjakan matematika hanya dengan “diawang” (dibayangkan) saja. Karena meskipun dengan dibayangkan saja sudah ketemu jawabannya, kita tetap harus menvisualisasikan caranya. Karena untuk membuktikan pada  gurumu, jawabanmu memang murni dari usahamu sendiri bukan dari contekanmu.

 

 

Minggu, 16 Mei 2021

putus-putus

 


berbuka bagi orang yang puasa, bahagianya tak terhingga rasanya. Setelah bersusah-susah menahan lapar dan dahaga akhirnya saat yang ditunggu tiba. Makan dan minum yang awalnya tak bisa sekarang saatnya sudah tiba, bisa makan dan minum sepuasnya. Bagi anak kecil yang baru mau belajar puasa akan melihat puasa dari sisi nikmatnya berbuka saja. Makanan yang sebelumnya tidak ada pas waktu berbuka semuanya jadi ada. Bagaimana anak kecil tidak senang melihatnya?

Nikmatnya berbuka hanya luarnya saja, ketika anak-anak mencoba menjalani puasa. Baru mereka merasa, ternyata rasanya tak semulus yang mereka duga. Waktu berbuka seakan lebih lama karena adzan magrib yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung tiba. Badan lemas, jika ingin bermain seperti hari-hari biasanya mereka kini berpikir duakali untuk melakukannya. Dilemma karena harus memilih untuk lanjut puasa atau batal karena tak kuat menahan lapar dan dahaga setelah bermain bersama-sama. Bagi anak-anak, indahnya berbuka ternyata hanya nampak luarnya saja. Setelah mereka dalami puasa, baru dia tahu kalau puasa tak seindah berbuka yang dikira.

Diatas hanyalah permisalan orang yang melihat pada hasilnya saja. Di dunia, orang itu hanya melihat pada hasilnya saja, mereka tidak peduli seberat apapun perjuangan didalamnya. Maka seenaknya saja berkomentar adalah hak mereka. Jika tak ingin disakiti karena komentar, buktikan ke mereka bahwa dirimu tak layak dihina. Hari ini gagal atau kalah tidak mengapa, tapi harus secepatnya melakukan perbaikan agar bisa lebih baik. Orang-orang melihat keberhasilanmu sama seperti melihat gambar 3 dimensi. Garis yang nampak diluar digambarkan dengan garis lurus mulus tak terputus. Sedangkan garis yang terletak didalam bangun, untuk menandakan garis itu terletak dibelakang bidang digambarkan dengan garis putus-putus. Bagi orang lain, keberhasilan kita memang terlihat mulus diluar, tapi mereka tidak tahu bahwa ada berkali-kali gagal lalu bangkit lagi, berkali-kali frustasi lalu usaha lagi. Seperti garis putus-putus, tak terhitung berapa kali garis itu hilang/terhapus, tapi sebanyak apapun garis itu putus, sebanyak itu pula garis itu mucul.

 

 

Jumat, 14 Mei 2021

bersama


Untuk setiap orang, kebersamaan mempunyai arti yang berbeda-beda. Ada kalanya segala hal yang membuat orang bahagia akan menjadi tidak berarti lagi jika tanpa ada kebersamaan. Seandainya seluruh dunia dan juga isinya mampu menggantikan kebersamaan niscaya semua orang akan berebut untuk mengusahakannya, namun tidak bisa. Hal ini menandakan saking pentingnya dan berharganya kebersamaan itu. Maka jangan heran ada orang yang bahagia tanpa harta dan juga ada yang punya harta namun tak pernah bahagia.

Lebaran tahun ini, kita sedih melihat ada yang tak bisa membersamai di hari fitri. Mungkin bagi yang merasakannya, rasanya seperti himpunan bilangan cacah tanpa nol. Bilangan cacah tidak akan menjadi bilangan cacah jika tidak ada bilangan nol. Seperti itulah kira-kira yang dirasakan sebuah keluarga yang menunggu kedatangan anggota keluarganya yang lain. Lebaran tahun ini memanglah beda dari lebaran tahun-tahun sebelumnya, lebaran ini seakan hampa tanpa kebersamaan. Meskipun bisa sedikit terobati dengan temu virtual, namun air mata tetap menetes pertanda kesedihan itu masih belum hilang.

Bersyukurlah bagi kita yang masih merasakan kebersamaan. Bagi saat ini yang tidak merasakannya, kebersamaan itu mahal adanya. Bagi yang sedang bersedih tahun ini tidak menemukan kebersamaan, masih ada harapan entah tahun depan atau entah kapan bisa menjumpai kebersamaan. Kebersamaannya itu hanya ditunda untuk sementara. Bagi orang yang merasa kebersamaan itu sudah tak mungkin lagi dirasa, tenanglah masih ada banyak kebahagian yang bisa menggantinya. Teruslah bahagia sampai akhirnya kebersamaan itu tercipta kelak lewat jalan surga.

 

Kamis, 13 Mei 2021

awal bukanlah akhir

Andai kehidupan ini seperti lingkaran, pasti tidak akan mungkin kita temukan awal dan juga akhir kehidupan. Jika hidup itu adalah lingkaran, rasanya pasti membosankan, hidup hanya berputar pada cerita yang sama dan tak tahu kapan berakhirnya. Lantas jika hidup benar-benar sebuah lingkaran, seperti apa rasanya jadi pendosa? mereka harus melakukan kesalahan yang sama terus menerus tanpa ada kesempatan untuk mengakhiri kesalahannya dan mengawali kehidupannya yang baru. Untunglah hidup bukan seperti lingkaran. Akan selalu kita temukan awal dan juga akan selalu kita temukan akhir.

                Di tengah perdebatan antara awal dan akhir ingatlah kedua hal itu tidak akan berarti tanpa ada keyakinan. Keyakinanlah yang menggerakkan kita untuk segera mengakhiri dan membuka awal baru yang lebih baik dari sebelumnya. Semua pilihan memang penuh pertanggungjawaban, terkadang keyakinanlah yang membuat kita memilih bertahan atau beralih jalan. Satuhal yang tidak kusenangi dari kedua hal itu. Akhir, akan menghadirkan kesedihan dan penyesalan sedangkan awal mendatangkan kesenangan dan harapan.

                Momen syawal merupakan salah satu momen untuk membuka awal yang baru. Setelah bermukhasabah selama 1 bulan penuh, keyakinan menggerakkan kita untuk mengakhiri semua hal buruk yang pernah kita lakukan di kehidupan yang lalu dan membuka lembaran baru. Awal bukanlah akhir, awal adalah kesempatan untuk memperbaiki akhir. Beribu permohonan maaf dari saya atas banyaknya kesalahan, semoga di hari yang fitri allah SWT berkenan menerima amal ibadah kita semua, amiin..

Taqabballahhuminna wa minkum,

Minal aidzin wal faidzin,

Mohon maaf lahir dan batin.

1 Syawal 1442 H/13 Mei 2021

Jumat, 12 Maret 2021

Ujian

 


Kita ketika akan menjalankan suatu ibadah pasti memperhatikan syarat ibadah tersebut sudah terpenuhi atau belum. Misalkan saat kita akan sholat, kita pasti berwudhu terlebih dahulu. Saat kita akan zakat mal pasti kita menghitung dulu harta kita sudah mencapai syarat (nisob) atau belum. Syarat begitu penting dalam menjalankan ibadah, jika syaratnya tidak terpenuhi, ibadahnya pun tidak akan terpenuhi juga. Maka disamping mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah, kita juga perlu untuk memperhatikan  terpenuhi atau tidak syarat ibadahnya. Sehingga saat kita telah memenuhi syarat yang ditentukan, disitulah kita baru merasakan nikmatnya ibadah.

 Jika kita perhatikan, konsep logika syarat ini juga dipakai dalam konteks keseharian kita. Ketika kita kecil apabila datang ke suatu wahana bermain, kita akan menjumpai tidak semua wahana boleh kita naiki. Biasanya di wahana tertentu ada syarat yang harus dipenuhi dulu bisa berupa tinggi badan, berat badan, melepas baju dsb. Saat sekolah diharuskan untuk mengerjakan ujian sebagai syarat agar dapat naik kelas. Begitu menginspirasinya Islam sehingga syariatnya dicontoh dan diaplikasikan dalam konteks yang berbeda-beda.

Dari sekian lama kita hidup di dunia, mau tidak mau kita pasti dihadapkan dengan persoalan-persoalan hidup yang datang silih berganti. Kadangkala persoalan hidup itu terasa ringan tapi kadang juga terasa berat. Jika kita beranggapan persoalan itu sebagai beban, maka yang keluar dari diri kita adalah kebencian dan ketidak adilan. Namun, jika kita pahami persoalan itu sebagai syarat agar kita bisa “naik kelas”  seberat apapun persoalan yang kita jalani yang keluar dari diri kita adalah kasih sayang dan harapan. Kok bisa? Orang yang logikanya tertata untuk melihat persoalan hidup sebagai “syarat” akan mempunyai pemahaman untuk mendapatkan derajat yang tinggi perlu persoalan yang tinggi pula. Tidak adalagi kata “baper”.

Sebuah matriks dikatakan pantas mempunyai invers harus diuji dulu kok matriks itu punya determinan atau tidak, masak manusia enggak mau diuji? Kita sadar bahwa kita ini masih sangat lemah. Kita juga menyadari diri ini belum kuat untuk menerima persoalan yang begitu berat. Oleh karena itu mari kita berproses, tidak adalagi kata terlambat untuk berproses. Mulai sekarang juga, setidaknya kita sudah punya modal awal yaitu niat. Lihatlah kisah para nabi, mereka di uji dengan ujian super berat sehingga mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Tidak perlu menginginkan kedudukan para nabi, maqom mereka berbeda dengan kita. Ayo kita mulai berlatih hingga suatu saat kita akan merasa kok hidup kita datar-datar saja ya, tidak ada masalah yang berarti? Apa sekarang Allah tidak sayang lagi pada kita?

Minggu, 28 Februari 2021

Turunan menuju puncak

 


Setiap dari kita mempunyai cerita perjalanan hidup masing – masing. Ada yang diberikan kelapangan rizqi ada yang diberikan kekurangan. Ada pula yang diberikan kemudahan berinteraksi dengan ilmu ada pula yang yang diberikan enggan. Terkadang melihat fenomena ini manusia sering merasa unggul satu dengan lainnya  atau sebagian dari kita merasa rendah karena statusnya dibawah yang lainnya. Kita harus tahu bahwa alasan Allah SWT menempatkan posisi setiap manusia itu adalah hak prerogatifNya. Tidak ada yang tahu skenario Allah menempatkan kita di posisi lapang atau sempit, mudah atau sulit, mulia atau hina. Kita hanya diperintahkan untuk percaya (beriman) dan menjalaninya.

Kita harus pecaya akan ada pertolongan dan kasih sayang Allah saat kita dalam kondisi paling terpuruk dan terhina sehingga kita tetap kuat dan optimis menjalani kehidupan di dunia. Kita juga diminta percaya bahwa ada yang paling mulia dan paling perkasa saat kita dalam kondisi mudah dan bahagia sehingga kita tidak sombong dan lupa pada sesama.  Sudah berapa banyak kisah orang-orang sukses yang berawal dari kondisi terpuruk dan sudah berapa banyak kisah orang yang awalnya sukses namun susah pada akhirnya. Maka yakinlah seberat apapun proses hidupmu itu hanya bisa dihadapi olehmu. Belum tentu orang lain kuat menjalani kehidupanmu dan belum tentu nyaman menjalani kehidupan orang lain dalam kehidupanmu.

Matematika mengajarkan pada kita apabila ingin menemukan nilai puncak suatu fungsi, maka fungsinya harus diturunkan terlebih dahulu. Kitapun demikian, terkadang jika masih di zona nyaman, kita tidak bisa memunculkan potensi terbesar yang kita miliki. Namun jika dalam kondisi tidak ideal (banyak masalah, terpuruk dll) malah potensi terbesar kita akan muncul begitu saja. Maka jangan pernah putus asa dan jangan pernah berhenti percaya. Setiap usaha dan pengorbanan yang kita lakukan akan indah pada waktunya, kalau tidak di dunia ya di surga. Gunakan Allah sebagai keterpesonaan maka kita akan mempesona disetiap pandangan mata. Jangan gunakan skala manusia, karena manusia itu tempatnya salah dan lupa.  

Allah tidak akan memberikan ujian kecuali sesuai batas kemampuan hambanya. Lantas sekarang ini apa yang dapat membuat kita bersedih selain hilangnya kepercayaan kita terhadap Allah?. Dan juga sekarang ini apa yang bisa membuat kita bahagia selain saat kita sadar bahwa kasih sayang Allah begitu luas terhampar di depan mata?. Haha, ternyata bangku pendidikan  selama ini belum cukup untuk mengajarkan hal itu pada kita. Atau bisa jadi hati kita yang keras sehingga banyak sekali pengetahuan dan hikmah yang ada didalam otak kita namun tidak ada satupun yang masuk dalam hati kita.

Kamis, 25 Februari 2021

Bercermin




Kecenderungan dalam memilih teman tiap orang bermacam - macam. Kebanyakan teman yang kita punyai saat ini akan berasal dari lingkaran/circle yang sama. Bisa dari orang yang memiliki hobi yang sama, berasal dari sekolah yang sama, dari organisasi yang sama atau dari daerah yang sama. Terkadang hanya melihat dari temannya saja kita bisa tahu seperti apa gambarannya. Mengetahui kalau orang ini aktivis bisa melihat dari banyaknya teman aktivis yang dia punyai. Melihat orang itu suka bermusik dengan cara melihat banyaknya teman hobi bermusik yang dia punyai. Seperti apa gambaran teman kita, seperti itulah diri kita.

                Pahamilah teman kita sebagai cermin yang bisa memantulkan bayangan diri kita. Cermin yang kotor akan memantulkan bayangan yang kotor, tapi cermin yang bening akan memantulkan bayangan yang bening. Saat kita berteman dengan ahli ibadah, maka ahli ibadah akan menjadi bayangan diri kita. Sebaliknya jika berteman dengan ahli maksiat, maka ahli maksiat adalah bayangan yang kita punyai. Maka sangat mudah untuk menilai seseorang yaitu dengan cara melihat temannya. Cermin dalam matematika disebut refleksi. Refleksi dapat mengubah kedudukan suatu titik, garis dan bidang bergantung pada cermin yang digunakan. Misalnya titik yang koordinatnya positif jika dicerminkan dengan cermin y = -x  akan berubah menjadi  negatif.

                Seperti halnya refleksi, teman yang baik akan membawa kita pada kebaikan. Meskipun kita dalam keadaan buruk, berteman dengan teman yang baik akan mempermudah kita berubah menjadi baik. Kalau kita ingin menjadi baik tapi masih berteman dengan teman yang buruk akan mempersulit kita berubah menjadi baik. Bukanya dalam islam kita tahu bahwa seseorang itu bergantung dari agama temannya, maka hendanya seseorang memperhatikan siapa yang ia jadikan teman. Bahagialah jika memiliki teman yang baik, bisa jadi temanmu kelak yang akan membawamu ke surga. Dan bersabarlah jika temanmu masih belum baik, bisa jadi Allah menyiapkan pahala yang besar untukmu jika bisa merubah temanmu menjadi lebih baik.

               

 

                  

Kamis, 18 Februari 2021

Istimewa yang tak biasa

 


Manusia mempunyai sifat selalu ingin dipandang lebih istimewa dari yang lain. Ketika mempunyai rumah pasti ada keinginan didalam hati untuk memperindah rumah miliknya agar Nampak lebih istimewa. Ketika memakai pakaian lama pasti timbul keinginan untuk membeli baju baru dengan tujuan ketika dipakai dapat menambah keistimawan dirinya. Wajar apabila demikian karena itu manusiawi. Pasti sekecil apapun didalam hati manusia akan timbul keinginan untuk diistimewakan. Entah itu diistemawakan karena prestasinya, jabatan, kontribusi, harta dan lainnya. Namun haruslah disadari bahwa semua itu akan hilang saat ditinggal mati. Harta yang dibanggakan saat hidup tidak akan mengikuti sampai kuburan. Pun dengan jabatan dan atau kontribusi selama hidupnya juga tidak akan menemani sampai kuburan.

Seharusnya dalam hidup ini kita mulai mencari apa yang bisa membuat kita selalu istimewa. Istimewa yang akan abadi tidak akan pernah hilang walau dengan kematian.  Salah satu caranya adalah dengan mempelajari Al Quran dan mengajarkannya. Dengan Al Quran, kita bisa menjadi istimewa baik di dunia dan di  akhirat. Al Quran tidak akan meninggalkan kita saat kita meninggal, justru Al Quran dapat menjadi penolong kita saat kehidupan setelah kematian. Maka apabila di dunia kita menjaga Al Quran, di akhirat kelak Al Quranlah yang menjadi penjaga kita. Seperti perkataan salah seorang teman saya “jika kita meninggalkan barang maka barang itu menjadi sampah, jika kita meninggalkan Al Quran kitalah yang akan menjadi sampah.”

Dalam matematika apabila kita mencari bilangan istimewa tidak akan ditemukan. Berbeda ketika kita mencari dalam tema sudut. Di trigonometri kita mempelajari sudut istimewa. Dikatakan istimewa karena nilainya mudah untuk ditentukan menggunakan trigonometri. Ternyata sudut pun ada yang ingin diistimewakan. Mengapa manusia tidak ? sudut dikatakan istimewa jika nilainya mudah dihitung, untuk menjadi istimewa manusia pun juga ada syaratnya yaitu dengan mempelajari dan mengajarkan Al Quran. Dengan menghafal Al Quran kita akan otomatis mempelajari Al Quran. Maka, mulai dari diri kita dulu menjadi istimewa dengan menghafal Al Quran.

Banyak manfaat yang kita dapatkan ketika menjadi istimewa, sudut istimewa pun demikian. Sudut istimewa dapat membantu mengetahui nilai dari besar sudut yang tidak istimewa. Sehingga yang tadinya sudutnya biasa saja berubah menjadi agak istimewa karena dapat ditentukan nilainya dengan bantuan sudut istimewa. Begitu juga penghafal Al Quran, penghafal Al Quran dapat menjadikan orang-orang terdekatnya istimewa meskipun dari kalangan orang biasa saja. Bayangkan kelak ketika di akhirat kita dapat menarik orang tua kita ke syurga bersama – sama. Ayo jadi istimewa, istimewa yang tidak biasa, karena menjadi istimewa gunanya tidak di dunia saja, tapi juga di akhirat sana.    

 

Jumat, 15 Januari 2021

Sudut Padang Dimensi Tiga

 



di zaman serba teknologi seperti saat ini, segala bentuk informasi sangat mudah diakses oleh semua orang tanpa terkecuali. Hanya dengan bermodalkan smartphone dan internet saja mereka bisa mengakses beberapa informasi hanya dalam sepersekian detik. Segala macam informasi dapat diakses tanpa ada Batasan waktu dan tempat. Kuncinya hanya satu, kemauan untuk mencari sumber informasi yang diinginkan. Tanpa ada kemauan, mereka tidak akan bisa merasakan kemudahan itu walaupun dengan alat secanggih apapun. Kadang juga, tidak ada kemauan untuk mendapat informasi dapat menjerumuskan seseorang pada jalan yang salah.

Dengan adanya kemudahan tersebut, juga bisa memudahkan manusia menyimpulkan suatu perkara tanpa proses tabayyun terlebih dahulu. Tabayyun itu berarti mencari kejelasan dari informasi yang didapatkan. Misalkan kita dikirimi pesan tentang lowongan pekerjaan, kita harus cek dulu siapa yang mengirimkan? Kalau bisa langsung cek ke tempat yang membuka lowongan itu. Dengan begitu kita bisa tahu kebenaran informasi yang kita dapatkan tersebut. Jangan langsung percaya apalagi langsung membagikan informasi yang belum jelas kebenarannya.  

Lantas bagaimana caranya agar tidak mudah percaya dan tidak menyebarkan berita tidak benar? Yang dibutuhkan saat ini selain rasa ingin tahu adalah melihat suatu kejadian dari berbagai macam sudut pandang. Misalkan di matematika ada sebuah bangun, untuk mengetahui bangun tersebut bentuknya seperti apa, kita cek terlebih dahulu, berapa titik koordinat bangun tersebut di sumbu X dan di sumbu Y. kalau bangun tersebut 3 dimensi, bisa ditambahlagi sudut pandang dari koordinat sumbu Z. dengan begitu kita bisa tahu dengan pasti bentuk, ukuran dan juga volume dari benda tersebut. Begitu juga dalam memandang sebuah informasi di kehidupan nyata, apabila mendapat informasi dari sebuah sumber, sebaiknya kita melakukan cross check (memeriksa Kembali) informasi tersebut dari sumber yang berbeda.

Sudah berapa banyak kelompok masyarakat yang berselisih akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi. Kekuatan Indonesia ada pada persatuannya, tanpa persatuan Indonesia tidak akan menjadi negara yang berjaya. Persatuan bukan berarti menyamaratakan, tapi persatuan adalah saling percaya antara satu dengan yang lain di tengah-tengah keberagaman. Dengan saling percaya tidak akan terjadi perselisihan yang dilatar belakangi perbedaan. Dengan saling percaya tidak akan ada kebencian yang dilatar belakangi kesalahan. Saling percaya akan menghadirkan rasa menghormati ditengah-tengah perbedaan. Saling percaya juga akan menghadirkan rasa memaafkan ditengah-tengah sesalahan.

Sudah saatnya kita menjadi generasi yang sadar akan pentingnya melakukan tabayyun ketika datang suatu informasi pada kita. Hal itu bisa dilakukan dengan cara melihat tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Apabila kita sudah pastikan informasi yang kita dapatkan itu benar, maka bisa kita sebarluaskan, namun kalau menjumpai informasi hoax (palsu) biarlah berhenti di diri kita. Kemajuan teknologi informasi tidak hanya menjadikan informasi hoax mudah menyebar, namun dengan kemajuan tersebut juga dapat menghentikan penyebarannya. Dimulai dari diri sendiri  untuk membiasakan melihat sebuah informasi dari berbagai sudut pandang kita bisa berkotribusi untuk membuat dunia bebas dari kabar hoax (palsu).

 

 

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM PRAMUKA: MENGGUNAKAN METODE YANG RELEVAN

Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa, dan gerakan pramuka menawarkan berbagai ...