Senin, 30 Agustus 2021

rasa



Matematika terkenal sebagai ilmu yang mempelajari tentang logika. Biasanya orang-orang matematika akan lebih banyak menggunakan logika dari pada rasa. Hal ini karena mereka ketika mempelajari matematika secara tidak langsung dilatih bagaiamana cara berlogika yang benar. Ada yang bilang bahwa matematika itu bukanlah sekedar berhitung, tapi matematika mengajarkan kita bagaimana cara kita berpikir. Mungkin yang menjadikan matematika seperti itu adalah karakteristik matematika itu sendiri yaitu abstrak sehingga matematika melulu berkutat dalam alam pikiran.

Banyak yang mengira bahwa berpikir hanya berhubungan dengan otak. Padahal dalam prakteknya, yang mengarahkan otak untuk berfikir adalah hati. Hati menghasilkan rasa yang kemudian dieksekusi oleh otak sehingga menghasilkan pikiran. Contohnya bisa dilihat ketika kita dihadapkan pada soal matematika, kebanyakan dari kita yang tidak suka matematika akan mengatakan soal ini saya "rasa" sulit untuk dikerjakan. Padahal otak kita sama sekali belum memproses soal² tersebut. Tapi kita sudah mengatakan susah diawal. Itulah peran dari hati. Saat kita rasa soal matematika yang ada dihadapan ini susah, secara otomatis hati akan mengarahkan otak kita untuk susah mengerjakan soal tersebut. Begitu sebaliknya, saat hati kita yakin bahwa soal ini akan mudah, secara otomatis hati akan mengarahkan otak kita mengerjakan soal itu dengan mudah. 

Seorang ilmuwan yang memiliki kemampuan merasa yang tinggi akan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Karya yang diciptakan akan didasari dari kepekaan disekitarnya meskipun belum ada data dan teori yang mendasari. Ilmuwan seperti ini akan menangis jika melihat penindasan, kebodohan, dan ketidak adilan di sekitarnya. Air mata itulah yang akan mendasari karya-karyanya. Mereka berkarya bukan untuk menghasilkan materi melainkan atas dasar hati nurani. Berbeda dengan orang-orang yang berilmu yang kualitas hatinya kotor, tidak akan bisa peka terhadap apa yang ada disekitarnya. Boro-boro peka, malahan semua rela ia korbankan asalkan bisa meningkatkan kualitas hidup dirinya sendiri. 

Sadarilah, bahwa ada yang lebih penting untuk diasah dari pada otak yaitu hati. Persoalan hati adalah persoalan ketuhanan. Oleh karena itu salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengasah hati kita yaitu dengan cara mendekatkan diri kita pada Allah. Hati juga sangat cepat berubah-ubah. Agar hati tetap dalam kualitas terbaiknya, perlu kita untuk berdoa pada sang pemilik hati. 

"Wahai sang pemilik hati, tetapkanlah hatiku didalam agamaMu dan dalam ketaatan kepadaMu..."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM PRAMUKA: MENGGUNAKAN METODE YANG RELEVAN

Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa, dan gerakan pramuka menawarkan berbagai ...