Sabtu, 07 Desember 2019

Ketika Seorang Matematikawan Memahami Rizki



Seseorang dikatakan menjadi “matematikawan”, dalam hidupnya pasti telah melalui proses yang Panjang dan juga melelahkan dalam belajar matematika. Mulai dari mengenal 1 apel + 1 apel = 2 apel yang kita pelajari saat TK sampai dengan bahasan-bahasan yang bersifat abstrak khas aljabar tingkat tinggi. Perlu diketahui, kemampuan pemahaman seseorang akan berbeda-beda setiap rentang umur tertentu. Khususnya dalam belajar matematika, misalkan seorang anak usia 4-5 tahun dalam memahami matematika harus dengan menggunakan hal-hal yang bersifat konkret (bisa dilihat, diraba, dipegang). Tidak bisa seorang anak usia segitu, diberikan materi yang bersifat abstrak(di pikiran, tidak bisa dilihat dan diraba) seperti mengajarkan integral, limit, turunan dll.
Untuk memahami matematika harus disesuaikan dengan kadar kemampuan pemahaman seseorang masing-masing. Sebuah kewajaran apabila anak TK tidak bisa paham dengan baik materi matematika tingkat tinggi dan sebuah kewajaran juga ketika anak SMA dapat paham dan menguasai dengan baik materi-materi matematika yang abstrak dan sulit. begitu pula kita dalam memahami rizqi yang diberikan allah pada kita. Seorang dengan kadar imam yang masih kecil akan kesulitan dalam melihat rizqi-rizqi Allah yang bersifat abstrak. Mereka hanya melihat rizqi yang bersifat konkret seperti uang, mobil, jabatan dll. Berbeda dengan orang yang imannya sedang tinggi akan dapat memahami rizqi yang bersifat abstrak, seperti nikmat keimanan, waktu luang dan sahabat beriman. Padahal, nikmat tersebut adalah nikmat yang sangat besar sekali dibandingkan dengan uang mobil dll.
Mencoba memahami rizqi allah SWT agar kita bisa bersyukur dan tidak kufur akan nikmat allah SWT. Simpel banget kesimpulannya, jika kita sekarang masih memandang rizqi itu hanya hal-hal yang bersifat konkrit maka kita mungkin masih setara dengan anak TK ketika belajar matematika. Anak TK level kognitifnya masih rendah sedangkan kita level keimanan kita yang masih rendah.


Sabtu, 02 November 2019

AMBIL HIKMAH : "Algoritma Ibadah"



Matematika adalah ilmu tentang menyelesaikan masalah dan berfikir struktural. Jadi, kurang tepat jika orang memandang bahwa matematika sebagai ilmu hitung saja. Anggapan seperti Cuma bisa menggambarkan matematika dari kulitnya saja. Seperti kita melihat buah durian, kulitnya keras dan berduri tapi jika buah itu debelah ternyata dalamnya manis, lembut dan menarik hati. Seperti itulah pemahaman tentang matematika, jika kita memandang matematika itu hanya berisi angka dan hitungan hakekatnya kita masih melihat kulitnya saja seandainya kita bisa membedah matematika dan menyelami lebih dalam ilmu  matematika maka akan ditemukan berbagai hal yang menarik, indah dan juga bermakna.
Membahas tentang berfikir struktural, ketika kita menyelesaikan persoalan matematika pasti kita dituntut untuk berfikir struktural. Hal-hal yang diperhatikan ketika kita sedang berfikir struktural adalah aturan-aturan yang sedang berlaku, semesta pembicaraan dan konteks dari permasalahan yang sedang kita selesaikan. Misalkan, kita diberikan masalah tentang mencari luas persegi. Untuk itu kita harus tahu Panjang sisi dari persegi tersebut setelah itu kita harus tahu juga tentang rumus mencari luas persegi. Baru kita bisa menyelesaikan masalah tersebut. Untuk masalah yang lebih kompleks berfikir struktural sangat penting karena jika kita menggunakan algoritma yang tidak sesuai saat menyelesaikan masalah tersebut maka masalah tersebut tidak akan bisa diselesaikan.
Ternyata, jika kita telisik lebih lanjut tentang pendidikan struktur berfikir yang ada di matematika. Islam dari 14 abad yang lalu sudah membekali para pemeluk agamanya tentang struktur berfikir yang baik. dalam menjalankan ibadah ada yang Namanya rukun. Kita menjalankan sholat harus sesuai dengan rukun yang berlaku disholat. Harus takbiratul ikhrom setelah itu membaca al fatihah baru kemudian rukuk dilanjutkan itidal dan sujud. Tidak boleh setelah kita takbitratul ikhrom langsung sujud tidak melakukan rukun yang lain seperti membaca al fatihah dan rukuk. jika di matematika langkah-langkah penyelesaian masalah disebut algoritma maka rukun adalah algorimanya ibadah. Hal ini seperti halnya saat kita sedang menyelesaikan permasalahan matematika kita dituntut untuk runtut atau structural dalam menyelesaikan masalah.
Sebenarnya  berlatih struktur berfikir yang didapatkan di matematika ternyata sudah kita dapatkan di Islam. Bagaimana kita menjalankan ibadah sesuai rukun merupakan cara melatih struktur berfikir kita. Sebagai seorang muslim harusnya kita mencari hikmah dari setiap apa yang kita lakukan. Bahwa kita harus yakini allah SWT tidak menciptakan sesuatu yang ada di langit dan di bumi tanpa ada hikmah yang membersamai hal tersebut. Sebagai seorang muslim saat menjalankan ibadah kita juga harus memahami betul syarat, rukun dan wajib ibadah agar kita tak terkesan taklid buta. Pemahaman yang benar tentang ibadah akan menimubulkan keyakinan yang kuat pada islam dan lebih mencintai islam.  

Senin, 28 Oktober 2019

Pemuda dan Dakwah Sebagai Mesin Cetak Peradaban






Tantangan dakwah datang silih berganti. Mulai dari perang ideologi sampai masalah semangat kader dakwah yang kadang naik turun bergantung trending topik masa kini. Dakwah seakan-akan jauh dari arah dan tujuan yang sebenarnya. Menyikapi hal tersebut, sebagian umat seakan acuh dan tidak peduli terkait dengan problematika dakwah dan memilih untuk mengikuti arus zaman sekarang.  Sebagian umat yang lain, hanya bisa menggantungkan masa depan dakwah kepada para pemuda. Berharap agar hari esok dapat lebih baik dari yang dirasakan saat ini. Kenapa mesti pemuda? Karena memang disetiap perubahan sebuah peradaban pasti ada peran pemuda di dalamnya.
Contoh, kemerdekaan Indonesia tidak akan diproklamirkan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 jika bukan atas desakan dari golongan muda. Pergerakan pemuda pada masa itu menjadi pemicu semangat untuk yang lain dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.  Dalam sejarah islam kita tahu bahwa ada panglima perang termuda yang bernama Usamah bin zaid. Beliau diangkat rasullah SAW menjadi panglima saat usianya baru 18 tahun. Bersama pasukan yang dipimpinnya usamah berperang mempertahankan daerah syam dari para pemberotak yang ingin menguasai daerah tersebut. Alhamdulillah, dalam perang tersebut pasukan kaum muslimin mendapat kemenangan tanpa ada korban dari pasukan kaum muslimin. Sebuah prestasi yang luar biasa  bagi usamah bin zaid yang notabenenya merupakan panglima muda yang membawahi para senior seperti Umar, Saad bin Abi Waqos dll.
Sangking pentingnya peran pemuda Rasullah SAW bersabda pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Peran pemuda saat ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan dakwah islam di masa depan.  Tapi dimana peran pemuda islam sekarang? Apakah pemuda sekarang seperti halnya pemuda-pemuda zaman dulu? Kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. Jumlah pemuda sekarang sangatlah banyak tapi mereka hanyalah seperti buih di lautan. Kesana kemari tidak tahu arah tujuan dan hanya pasrah terbawa arus kemana-kemana. Pemuda saat ini seakan tidak bisa untuk memenuhi harapan-harapan yang dicita-citakan oleh umat Dilihat dari Pergerakannya pun, masih saja ditemui permasalahan-permasalahan sepele yang tidak kunjung selesai-selesai. Kapan mereka akan berperan untuk umat kalu seperti ini terus?
 Permasalahan-permasalahan yang sedang dirasakan pemuda saat ini disebut sebagai lernerhelplesness. Keadaan dimana seseorang kehilangan semangat dan sulit untuk bangkit dari kesusahan. Tidak berani untuk mempunyai cita-cita yang tinggi dan susah dalam menggantungkan harapan adalah ciri gejala lernerhelplesness. Pak Renald Kasali menyebutnya dengan istilah Stowbery Generation. Ibarat buah stowberi yang buahnya sangat sensitif ketika terjadi benturan buahnya akan lembek dan akan cepat busuk. Seperti itulah gambaran tentang pemuda saat ini.
Lantas akankah menjadi seperti ini terus? Tidak. Tidak semua pemuda seperti itu. Ada sebagian dari pemuda itu yang hidupnya mempunyai visi. Mereka siap menerjang segala arus gelombang yang menghampiri. Hanyalah pemuda dengan kemerdekaan haqiqi yang bisa merubah arah dari pemuda itu sendiri. Apa itu kemerdekaan haqiqi? Arti kemerdekaan hakiki adalah ketika setiap individu merdeka dari suatu hal selain Allah SWT, tidak ada yang terkebiri hak-haknya terpasung kehendaknya oleh kekuatan dan kekangan zat Selain Allah SWT. Mereka hanya menggantungkan perkaranya pada Tuhan sang pencipta segala-galanya kemurnian tauhidlah yang sebenarnya menjadi masalah pokok pemuda zaman sekarang. Seharusnya ada sinkronisasi antara pemuda, dakwah dan kemerdekaan haqiqi. Ketiga hal ini sebagai motor dari mesin cetak peradaban. Jika motornya bekerja dengan baik peradaban yang dihasilkan pun juga akan baik. Tetapi jika motor tersebut ada satu saja yang tidak berjalan dengan baik maka peradaban yang dibentuk punjuga tidak akan baik.  
Tanamkan tauhid dalam hati. Sehingga, tidak ada suatu hal yang akan menakuti ketika akan membuat sebuah harapan dan pergerakan. Kuncinya hanya satu, luruskan niat hanya pada Allah SWT maka akan mudah semua masalah yang dihadapi, akan ringan tapak kaki melangkah dan akan mulia hidup dan mati ini. 

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM PRAMUKA: MENGGUNAKAN METODE YANG RELEVAN

Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa, dan gerakan pramuka menawarkan berbagai ...