Orang yang mendalami atau menguasai ilmu matematika biasanya berbeda dengan kebanyakan orang. Berbeda cara pandangnya, berbeda dalam pikirannya, dan juga dalam segala tingkah lakunya. Karena dalam matematika memang kita diajak untuk berfikir logis, dan kreatif untuk masalah atau materi. Contohnya saat 5 ditambah 2 putaran pasti 7 tidak mungkin yang lain. oleh karena itu, struktur orang yang menghendaki matematika itu berfikirnya struktural dan logis.
Namun, berfikir logis pada tempat yang salah dan cara yang salah. Berfikir logika yang salah tempat untuk menghubungkan dengan keimanan setelah itu lebih memilih logika berfikirnya dari pada keimanan. Berfikir logika pun bisa dengan cara yang mirip dengan pertanyaan yang muncul "mengapa sholat tetap tidak bisa baik?" Ini yang dinamakan logika palsu, yang tidak bisa digunakan dan harus dihapus.
Ada juga menggunakan logika untuk mengambil sebuah kesimpulan tanpa melakukan penelitian secara menyeluruh. Seperti menilai sekelompok orang hanya melihat sebagian kecil dari kelompok tersebut. Maaf, "orang yang bercadar itu jahat", kalimat seperti ini menurut saya sangat bodoh sekali. Apa yang dimaksud sebagai landasan orang mengatkan seperti itu? ya LOGIKA.
Ada juga menggunakan logika untuk mengambil sebuah kesimpulan tanpa melakukan penelitian secara menyeluruh. Seperti menilai sekelompok orang hanya melihat sebagian kecil dari kelompok tersebut. Maaf, "orang yang bercadar itu jahat", kalimat seperti ini menurut saya sangat bodoh sekali. Apa yang dimaksud sebagai landasan orang mengatkan seperti itu? ya LOGIKA.
Itu sama saja dengan kenapa makan kalau nanti lapar lagi ?, buat tidak tidur? Sungguh berlogika yang palsu tersebut dapat menimbulkan keburukan terhadap berfikir logika. Berlogika boleh-boleh saja itu bagus, tapi jika dalam konteks, jika menggunakan konsep dan cara yang benar. Jika tidak, maka akan menurunkan kecerdasan dan tidak bisa berkembang.