Sabtu, 21 November 2020

dicintai dan mencintai

 

Ada sebuah kisah zaman dahulu tentang seorang laki-laki yang tampan rupawan, badannya tinggi dan penampilannya gagah. Dia setiap hari selalu menyempatkan diri untuk pergi ke danau yang terletak di tengah hutan. Danau tersebut sangat indah, airnya sangat jernih, disekitarnya dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun kehijau-hijauan khas pegunungan. Kebiasaan laki-laki itu adalah melihat bayangannya sendiri dari pantulan air danau tersebut. Suatu hari laki-laki itu meninggal, semua penduduk hutan pun bersedih karena tidak bisa melihat laki-laki tampan nan rupawan itu lagi. Namun diantara kesedihan penduduk hutan, kesedihan yang paling berat dirasakan oleh danau. Ketika penduduk lain mencoba menghiburnya dengan berkata “kita tahu kalau kamu (danau) memanglah wajar jika sangat sedih atas kepergian laki-laki tersebut, jadi sabar ya”. “Lho, bukan begitu” jawab danau. Saya bersedih karena tidak bisa lagi melihat indahnya pemandangan diriku (danau) yang terpantul di bola mata dari laki-laki yang sering datang ke sini, aku malah tidak pernah tau bentuk dan wajah dari laki-laki itu.”

                Dari kisah tersebut, dua sejoli (danau dan laki-laki) yang kelihatannya sangat mesrah, belum tentu mereka saling mencintai satu diantara yang lain. Walaupun sering sekali mereka betemu dan saling pandang, ternyata masing-masing dari mereka hanya mengagumi diri mereka sendiri. Orang lain hanya dijadikan perantara (media) agar bisa lebih mencintai diri sendiri. Kadang kita juga sama, mencintai sesuatu namun hakekatnya kita hanya mencintai diri kita sendiri. Misalkan dalam konteks mencintai pekerjaan, Ketika kita mencintai pekerjaan maka kita akan mencurahkan segalanya untuk pekerjaan kita. Namun jika kita lanjutkan, setelah bekerja maka kita akan mendapatkan keuntungan yang itu kembali ke diri kita sendiri. Mencintai pekerjaan kita sama juga mencintai diri kita karena setelah bekerja kita akan mendapat keuntungan untuk diri kita sendiri. Tapi pernahkah pekerjaan kita itu merasa kalau kita mencintainya? Bagaimana caranya agar pekerjaan kita merasa dicintai? Itu hanya contoh dalam konteks pekerjaan, silahkan bisa dicari contoh yang lain khususnya dalam konteks mencintai seseorang.

                Perkara mencintai adalah perkara membuat objek yang kita cintai merasa dicintai. Kita lihat kisah nabi Muhammad SAW yang mengajarkan konsep tersebut dalam interaksi-interaksinya dengan orang disekitarnya. Amr bin ash Ketika masuk islam merasa bahwa dia adalah sahabat yang paling dicintai rasullah SAW. Hal itu karena kemampuan public speaking nya yang dikiranya akan sangat bermanfaat bagi dakwah islam kelak. Hingga suatu saat amr bin ash memberanikan diri untuk bertanya “ya rasullah, siapa orang yang paling kamu cintai?”. Rasullah pun tersenyum dan berkata “aisyah”. Amr menjawab “maksudnya yang laki-laki ya rasullah”. Rasullah pun tersenyum kembali dan menjawab abu bakar,” terus siapa lagi? “umar” terus siapa lagi ya rasullah “usman” dan akhirnya amr pun berhenti bertanya dikarenakan takut kalau namanya akan disebut paling akhir. Rasullah SAW menjadikan orang lain merasa dicintai dan merasa bahwa dia adalah orang yang paling special dibandingkan yang lain. Meskipun demikian rasullah tetap menunjukkan integritas dan kejujurannya Ketika ditanya siapa yang paling kamu cintai. Begitulah kiranya mencintai adalah menjadikan objek yang kita cintai merasa menjadi orang yang paling dicintai. Rasullah tidak mendapat apa-apa dari cintanya sahabat, melainkan sahabatlah yang merasa mendapatkan sejuta cinta dari rasullah SAW.

                Allah pun berfirman “dengan mengingat allah, hati menjadi tenang”. Allah tidak mengharap apa-apa dari kita yang selalu mengingatnya. Tapi bagi kita yang mencintainya dan selalu mengingatnya kita diberikan ketenangan hati yang sangat berharga bagi kita. Dalam berinteraksi/bersosial mencintai adalah perkara menjadikan orang yang dicintai merasa dicintai. Artinya, tujuan kita bukan pada diri sendiri, bukan untuk mendapat kepuasan karena telah memiliki, tapi kebermanfaatan apa yang telah kita beri. Mencintai disini dalam konteks yang luas tidak hanya mencintai istri atau suami tapi mencintai saudara sesama muslim, alam dan seluruh makhluk yang ada di bumi. Mungkin dalam matematika mencintai seperti pertidaksamaan. Dimana dalam setiap pertidaksamaan pasti ada sisi yang lebih besar dari pada sisi yang lain. Mencintai bukan seperti persamaan yang selalu menuntut kesempurnaan (sama) antara satu sisi dengan sisi yang lain. Wallahua’alam..

               

                   

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM PRAMUKA: MENGGUNAKAN METODE YANG RELEVAN

Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa, dan gerakan pramuka menawarkan berbagai ...